“Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” (Filipi 2:4-5).

Ketika kita berkonflik, cara untuk meredakan ketegangan yang sesuai dengan cara Kristus ialah dengan berusaha memahami sebelum berusaha dipahami. Cobalah mengerti apa yang dipikirkan dan dikatakan orang lain sebelum kita mulai mencoba meyakinkan mereka bahwa kita benar.

Jangan berharap untuk dipahami sampai kita bersedia memahami orang lain.

Alkitab berkata, “Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.” (Amsal 18:13).

Seringkali kita begitu sibuk mencoba membuat orang lain sepakat dengan argumen kita, sehingga kita tidak mau berhenti sejenak untuk medengarkan apa yang mereka katakan.

Itulah mengapa kita perlu berkata, “Anda duluan.” Kemudian, setelah mereka mengeluarkan argumen mereka, katakanlah, “Baik, saya coba pahami maksud Anda. Anda berkata (ulangi apa yang kita pahami dari argumen yang baru saja mereka sampaikan). Apakah benar seperti itu?” Itu memberi mereka kesempatan untuk mengoreksi kita dan kesempatan bukan hanya untuk dipahami, tetapi juga merasa dipahami. Mencoba untuk mengerti terlebih dahulu juga memungkinkan kita untuk melihat perspektif orang lain.

Kita berada di tengah pandemi yang dipenuhi dengan banyak debat panas soal cara terbaik untuk menghentikan krisis ini. Setiap orang memiliki perspektifnya masing-masing, tetapi sepertinya tidak ada yang mau melihat dari perspektif orang lain. Yang mau kita lihat hanyalah sisi kita sendiri. Jika kita tidak mau berusaha untuk memahami dan menerima sudut pandang orang lain, kita tidak akan bisa mengenali sakit hati orang lain. Kita tidak akan bisa melihat ketakutan mereka, luka mereka, atau ketidakadilan yang telah mereka alami. Itu bukanlah cara Yesus Kristus. Dia selalu melihat kebutuhan terdalam orang lain. Bahkan di kayu salib sekalipun, Dia memikirkan kita.

Tidak mudah memikirkan kepentingan orang lain, sebelum diri kita sendiri.

Tentu, ini bukan hal yang lazim. Pada dasarnya, kita adalah orang yang egois. Begitu pula saya! Jika boleh, saya akan selalu memilih untuk memikirkan diri sendiri sebelum saya memikirkan orang lain. Hanya Yesus yang dapat mengubah perspektif kita. Hanya Yesus yang dapat membuat kita lebih tertarik kepada kepentingan orang lain, daripada kepentingan diri kita sendiri.

Ketika kita ingin serupa seperti Kristus, keinginan untuk mengerti sebelum dimengerti menjadi lebih lazim. Hanya dengan cara itulah, kita dapat mengatasi konflik kita.

Tuhan Yesus memberkati.

Sumber : percayasaja.com | JFS