“Sejak papa berhenti kerja, papa jadi suka marah-marah dan ngatur-ngatur deh. Apa-apa sedikit yang nggak sesuai kemauannya dia, pasti dia ngomel”
“Sejak kakak berhenti jadi ketua OSIS, dia jadi suka kasih nasihat-nasihat, bahkan untuk hal yang nggak penting”

Post power syndrome adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan orang-orang seperti ini.

Apa itu post power syndrome?

Post power syndrome adalah kondisi di mana seseorang hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya dan seakan belum bisa menerima keadaan saat ini.

Orang-orang ini biasanya merasa rendah diri karena tidak memiliki jabatan atau kekuasaan lagi. Reaksi-reaksi yang ditimbulkan bermacam-macam, misalnya mudah marah, suka iri, suka mengatur, dan senang dihormati. Dan parahnya, ia bisa menarik diri dari kehidupan sosialnya, karena merasa sudah tidak berharga.

Kata Power di sini tidak selalu berarti pekerjaan, namun bisa juga dikonotasikan sebagai sosok yang tadinya aktif dan banyak kegiatan, tiba-tiba menjadi tidak aktif dan tidak ada kegiatan, sehingga ia menjadi tidak nyaman. Umumnya, hal ini dialami oleh orang-orang yang kehilangan kekuasaan atau jabatan, misalnya terkena PHK, habis masa jabatan atau pensiun. Orang-orang lansia yang telah pensiun, biasanya mudah terkena sindrom ini.

Orang yang rentan terkena post power syndrome adalah orang-orang yang sebenarnya memiliki rendah diri dan membutuhkan pengakuan dari orang lain. Sehingga, menurutnya jabatan adalah segala-galanya karena ia merasa diakui dan lebih tinggi dari orang lain.

Apa gejala dari Post Power Syndrome ini?

  1. Secara fisik, penampilannya terlihat tidak bersemangat, kuyu dan tampak sakit-sakitan. Hal ini disebabkan rasa tidak nyamannya yang membuatnya tertekan.
  2. Secara emosi, ia akan lebih mudah emosi, lebih mudah tersinggung, ketika ia merasa pendapatnya tidak dihargai atau ketika ucapannya tidak didengar.
  3. Terus menerus membicarakan atau membanggakan pencapaiannya atau kesuksesannya di masa lalu.

Bagaimana cara mengatasi Post Power Syndrome?

  1. Mempersiapkan diri sedini mungkin. Selalu ingat bahwa kehidupan akan terus berjalan dan tidak ada yang kekal dalam dunia ini.
  2. Miliki komunitas. Tidak ada orang yang dapat hidup sendirian. Memiliki komunitas akan membantu kita untuk tidak terbenam pada pikiran-pikiran kita sendiri yang dapat menyesatkan kita. Dalam komunitas, kita juga akan dapat berbagi permasalahan yang kita hadapi dan kita dapat memperoleh kekuatan.
  3. Melakukan aktivitas yang positif, misalnya dengan berolahraga atau melakukan hobi.
  4. Banyak berdoa dan membangun hubungan dengan Tuhan. Tentu dalam setiap permasalahan yang kita hadapi, Tuhan adalah satu-satunya tempat mencari jawaban. Tuhan sanggup melakukan segala perkara, bahkan hal-hal yang tidak kita mengerti dan merasa bahwa itu adalah hal yang mustahil.

 

Sumber : berbagai sumber | percayasaja.com