Tahukah kamu sebuah kota di Indonesia bernama Soe?
Soe adalah sebuah kota kecil di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berjarak 110 km dari kota Kupang. Kota Soe sering disebut juga dengan nama “kota dingin” karena suhu udaranya jauh lebih rendah dibandingkan kota lainnya di Pulau Timor.
Siapa sangka bertahun-tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 26 September 1965 mujizat yang besar pernah terjadi di kota kecil ini, yang menjadikan kebangunan rohani di tempat itu.
Kisah menakjubkan ini diceritakan dalam sebuah buku yang ditulis oleh warga Soe bernama Mel Tari yang berjudul “Like A Mighty Wind”. Mel Tari juga merupakan saksi hidup dari peristiwa ajaib tersebut.
Peristiwa ini bermula pada Juli 1965 di mana seorang pengkhotbah dari Institut Injil Indonesia bernama Detmar Scheunemann bersama timnya datang ke Soe untuk melayani. Pada saat itu, mereka juga menubuatkan akan adanya pembentukan tim penginjilan di Soe untuk diutus ke berbagai daerah termasuk daerah pedalaman.
Pada tanggal 26 September 1965 lawatan Tuhan yang luar biasa terjadi di kota ini bermula dari sebuah sesi doa malam yang diikuti oleh kurang lebih 200 orang. Sesi doa malam itu dilakukan di sebuah gereja presbyterian yang dikenal dengan nama GMIT Maranatha yang juga merupakan gereja tertua di Soe. Tata cara doa yang dilakukan adalah menggunakan liturgi dimana semua doa telah tercatat dalam lembaran sehingga ada urutan doa yang jelas.
Saat sesi doa berlangsung, angin kencang juga mulai mengguncang tempat itu, orang-orang akhirnya mulai berdoa serentak bahkan di luar dari doa-doa yang telah tercatat sehingga seperti menciptakan gaya baru untuk menyembah Tuhan. Orang-orang mulai mengangkat tangan, memuji dan mengucap syukur kepada Tuhan dengan ekspresi masing-masing, bahkan ada juga yang menggunakan bahasa-bahasa yang baru. Beberapa bahasa tersebut diketahui merupakan bahasa Perancis, Jerman, Inggris dan Ibrani, padahal mereka sama sekali tidak pernah belajar bahasa-bahasa tersebut. Disaat yang sama, banyak orang berbondong-bondong datang ke gereja karena melihat kobaran api yang besar yang membakar gereja, tetapi ternyata gereja tidak terbakar sama sekali.
Hal ini menjadi awal mula terjadinya kebangunan rohani di pulau Timor. Banyak tim-tim penginjilan yang dibentuk untuk menginjil diberbagai daerah, termasuk daerah pedalaman. Mujizat-mujizat yang luar biasa kembali terjadi saat tim-tim penginjilan melakukan pelayanan.
Ada tim penginjilan yang oleh tuntunan Roh Kudus dapat berjalan diatas air ketika harus menyebrangi sungai yang arusnya cukup deras untuk menginjil disebuah desa. Banyak kuasa gelap yang dikalahkan sehingga banyak orang yang bertobat dan menanggalkan jimat-jimat mereka, air yang berubah menjadi anggur saat perjamuan kudus, orang-orang yang berbondong-bondong datang ke gereja pada pagi hari karena pada malam sebelumnya mendengar paduan suara rohani padahal pada malam itu tim penginjilan tiba tengah malam dan langsung beristirahat, ada juga tim yang tetap selamat walaupun memakan makanan yang telah diberikan racun tanpa sepengetahuan mereka di mana kemudian hal ini diakui oleh warga yang memberikan racun dalam makanan tersebut dan masih banyak lagi mujizat yang terjadi saat itu.
Peristiwa-peristiwa mujizat yang terjadi menyebabkan jumlah jemaat yang terus meningkat pesat.
Namun pada tahun 1970-an mulai terjadi penurunan yang kemungkinan disebabkan tidak adanya penggembalaan yang memadai dan masih kurangnya penerimaan dari gereja pada saat itu. Sampai saat ini di Soe selalu diadakan perayaan setiap bulan September yang diperingati sebagai HUT Gerakan Kebangunan Rohani (GKR) yang diikuti oleh berbagai Persekutuan Doa. Perayaan ini diisi dengan sejumlah kegiatan diantaranya Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) hingga pawai mengelilingi kota Soe sambil menari dan menyanyikan puji-pujian rohani.
Sumber : berbagai sumber | percayasaja.com
