Kayleigh McEnany, sekretaris Pers Gedung Putih yang baru diangkat pada April 2020 lalu, mungkin adalah seorang pembela kuat President Trump, tetapi ia juga kuat untuk hal lain juga, yaitu mengenai imannya kepada Yesus.

Ia bertugas untuk menyampaikan dan menjelaskan, serta membela kebijakan presiden. Meskipun ia memiliki pekerjaan dengan gelar yang luar biasa, namun untuk mengerti lebih baik bagaimana ia sampai ke Gedung Putih, kita perlu mengenal pandangannya terhadap kehidupan.

“Aku percaya Tuhan menempatkanku di sini untuk sebuah tujuan dan setiap hal yang terjadi ada tujuannya,” cerita McEnany melanjutkan, “Kita di sini untuk sebuah tujuan.”

McEnany baru berusia 32 tahun dan menempatkannya menjadi orang termuda yang pernah memegang jabatan tersebut. Walaupun ia terlihat tenang dan dingin, lulusan Universitas Harvard jurusan Hukum tersebut bercerita bahwa saat pertemuan pertamanya, ia tidak seperti yang terlihat sekarang. “Sebelumnya aku sangat panik,” ungkapnya.

“Aku gemetar dan sangat gugup dan merasa sangat cemas. Aku menelepon ibuku dengan loudspeaker dan kami semua berdoa bersama. Setelah berdoa, aku bergerak maju. Aku merasakan kekuatan seperti itu, masuk dan berbicara dengan presiden, dan kemudian berjalan keluar dan melakukan pekerjaan yang hanya bisa dilakukan jika Tuhan ada di sana membantumu.”

McEnany dibesarkan bersekolah di sekolah katolik khusus perempuan di Florida. Saat remaja, ia menyerahkan hidupnya untuk Tuhan. Kemudian, di usia sekitar dua puluh tahun, terjadi sesuatu yang membuat imannya semakin kuat lebih lagi.

“Aku menghadapi masa yang sulit di New York,” ceritanya, “Aku merasa sangat kesepian. Kemudian aku mendapat sebuah telepon. Aku tidak pernah menjawab telepon dari nomor yang tidak kukenal, tetapi saat itu aku menjawabnya, dan orang di seberang berkata, ‘hai, kami dari Journey Church. Kami rindu mendoakanmu saat ini, apa yang dapat kami doakan untukmu?’ Itu adalah momen di mana saya rindu mendengar suara Tuhan dan saya merasa Ia berkomunikasi dengan saya melalui gereja itu. Dan pada saat itulah saya pikir iman saya menjadi lebih nyata.”

Iman itulah yang menjadi kekuatan bagi McEnany ketika menghadapi kesulitan. Terutama saat ia mengetahui bahwa ia memiliki mutasi gen yang memudahkannya untuk terkena kanker payudara.

Ia mempertimbangkan pencegahan dalam bentuk mastektomi ganda tetapi ingin menunggu sampai ia bisa melewatinya dengan pasangan hidupnya. Pada tahun 2017, ia menikah dengan Sean Gilmartin. Setahun setelahnya, ia mengambil resiko dengan menjalani nipple-sparing mastectomy.

“Aku bisa mengatakannya sekarang bahwa aku tidak akan pernah terkena kanker payudara. Kesempatanku seperti 0,001 persen karena pilihan tersebut.” Untuk memperingatinya, ia mengenakan kaus kaki dengan lemon cerah di atasnya. Ia menggambarkan sebuah ungkapan “When life gives you lemon, make a lemonade” atau dalam bahasa Indonesia berarti “Jika kehidupan memberimu lemon, buatlah sari lemon.”

Dalam pernikahannya, McEnany memiliki seorang anak yang lahir pada akhir tahun 2019 yang diberinya nama Blake. “Pada akhirnya, jika aku dapat membawa Blake ke dalam iman yang sama dan ke dalam hubungan dengan Yesus, seperti yang orang tuaku berikan kepadaku, ia akan menjadi seorang wanita yang tidak terkalahkan dalam iman di setiap hal yang ia kerjakan.”

“Misi saya dalam hidup adalah ketika saya meninggal, Dia akan melihat saya dan berkata, ‘hamba yang baik dan setia,’, katanya. “Jika aku bisa mengakhiri hidupku seperti itu, tidak masalah apa yang dikatakan orang-orang.”

 

Source : cbn.com