Menyambut dirgahayu Republik Indonesia ke 75 di tanggal 17 Agustus nanti, negara merilis logo terbarunya seperti yang dilakukan setiap tahun. Namun, logo dirgahayu RI ke 75 tersebut mendapat kritik yang menghebohkan karena adanya lambang salib.
Berawal dari cuitan di media sosial Twitter yang mengklaim bahwa Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) sengaja memasang tanda salib dalam desain logo HUT RI ke-75 dan akhirnya berujung panjang. Bahkan ada spekulasi bahwa logo tersebut merupakan upaya kristenisasi.
Seorang tokoh agama Islam, KH Adbullah Gymnastiar atau yang lebih akrab disapa Aa Gym, ikut memberikan tanggapan mengenai lambang salib pada logo HUT RI ke 75. “SANGAT BISA DIMAKLUMI bila jadi PERBEDAAN PENDAPAT. Melihat spanduk resmi pemerintah untuk 17 Agustus 2020 ini. Karena memang sekilas seperti ada tanda salib yang besar,” tulisnya pada akun media sosial instagramnya pada hari Selasa, 11 Agustus 2020.
Aa Gym kemudian meminta semua pihak tidak terlalu berburuk sangka mengenai masalah ini. Ia kemudian memberikan doa dan harapannya untuk negara Indonesia. “Walau kita berbaik sangka tak ada niat tak adil di balik semua ini. Namun, bisa jadi pelajaran, bagi kita semua, dalam situasi banyak masalah seperti sekarang ini, seyogyanya semua pihak berpikir berlapis lapis, bijaksana, dan sangat peka terhadap peluang terjadinya masalah baru yang tak perlu,” tulisnya. Tak lupa, ia berpesan untuk tetap menjaga kerukunan dan persaudaraan dalam aneka ragam kebudayaan yang Indonesia miliki.
Beberapa pihak meminta pemerintah yang membuat logo untuk bertanggung jawab menjelaskan kepada publik karena telah meresahkan masyarakat. Sekretaris Kemensetneg yang membuat logo tersebut memberikan tanggapannya dengan menjelaskan makna logo yang membuat gaduh tersebut.
Sekretaris Kemensetneg, Setya Utama, menjelaskan bahwa bagian dari desain logo HUT RI ke-75 yang disebut menyerupai bentuk salib itu adalah supergraphic. Supergraphic terdiri dari 10 elemen yang diambil dari dekonstruksi logo 75 tahun yang dipecah menjadi 10 bagian. Menurutnya, penambahan desain supergraphic pada spanduk tersebut telah sesuai dengan pedoman visual penggunaan logo peringatan HUT RI ke-75.
Tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin, ikut memberikan penjelasan atas lambang salib pada desain logo tersebut. Ia menjelaskan bahwa logo tersebut berisi semangat untuk mendorong nilai-nilai Pancasila, yaitu semangat kebhinekaan, kebersamaan dan persatuan. Ali meminta masyarakat tidak berspekulasi dan berasumsi macam-macam.
“Logo itu murni dan resmi asli, bukan salib. Ini adalah sebuah karya seni yang dibuat dan dilakukan oleh teman-teman, anak-anak Indonesia yang memiliki kemampuan karya seni yang luar biasa,” katanya.
Sutradara sekaligus komika, Ernest Prakasa, ikut menanggapi kehebohan yang terjadi di masyarakat. Sutradara film Imperfect tersebut mengatakan dalam sebuah video pada akun media sosial instagramnya bahwa sebagai pemeluk agama Kristen, ia merasa sedih.
“Katanya ada tanda salib di logo perayaan HUT NKRI ke-75. Saya sedih, sebagai orang yang lahir, tumbuh dan dibesarkan di keluarga Kristen, ketika kuliah saya dibaptis percik, pas mau nikah saya dibaptis selam, tetap saya enggak bisa lihat itu salib adanya di sebelah mana?” ucapnya.
Dengan nada satir, ia menambahkan “Tuhan ampuni saya, karena tidak bisa melihat tanda-tanda kebesaranMu yang terpampang nyata. Semoga teman-teman lain yang lebih beriman dari saya bisa melihat tanda salib tersebut. Ini pertanda bahwa teman-teman lebih teguh di dalam Tuhan.”
Dalam dunia desain, bentuk yang menyerupai lambang salib itu bisa saja terjadi karena ilusi visual yang memberikan persepsi berbeda. Sementara dari segi kesehatan, hal itu disebut sebagai fenomena pareidolia. Pareidolia adalah fenomena psikologis, di mana seseorang mengenali atau mengganggap suatu bentuk yang berasal dari objek lain. Misalnya melihat awan berbentuk wajah, noda di dinding mirip kepala, dan lain sebagainya. Hal itu terjadi ketika ada objek atau sesuatu yang sebenarnya acak tetapi dibaca oleh otak kita menjadi bentuk yang dikenali.
Hal ini menjadi sebuah pelajaran juga bagi kita untuk tidak melihat segala sesuatu menurut sudut pandang kita sendiri. Ketika kita melihat sesuatu menurut sudut pandang kita sendiri, kita hanya akan melihat hal-hal yang kita ingin lihat.
Sumber : berbagai sumber | percayasaja.com