Kata ghosting akhir-akhir ini menjadi perbincangan setelah putra Presiden Jokowi, Kaesang Pengarep, diduga melakukan ghosting kepada mantan pacarnya.

Ghosting adalah sebuah perilaku menghilang tiba-tiba tanpa penjelasan apapun. Meskipun ghosting sering dikaitkan dengan pasangan, namun ghosting sebenarnya tidak hanya untuk pasangan saja lho! Ghosting bisa terjadi dalam hubungan apapun, bisa dalam hubungan pertemanan, keluarga, ataupun pekerjaan.

Sebenarnya, kata ghosting sudah digunakan sejak tahun 1990-an. Bahkan resmi masuk dalam kamus Merriam Webster pada tahun 2017.

Kata ghosting semakin ramai digunakan karena aktivitas media sosial dan juga kencan online. Pelaku ghosting disebut sebagai ghoster, sedangkan orang yang terkena ghosting disebut sebagai ghostee.

Banyak hal yang menjadi alasan seseorang melakukan ghosting, namun yang menjadi alasan terbanyak adalah ketakutannya menghadapi masalah, sehingga memilih cara yang menurutnya paling mudah, yaitu menghindar. Namun tidak semua ghoster demikian, juga ada yang tidak sengaja menjadi ghoster karena sibuk atau ada masalah yang membuatnya menghilang.

Sebagai pihak yang terkena ghosting alias ghostee, tentunya tidak nyaman dan bingung. Seseorang yang biasanya sangat akrab dengan kita dan berkomunikasi hampir setiap hari, tiba-tiba menghilang. Karena itu, dalam hubungan lawan jenis, perlu membuat batasan sedalam atau seintim apa komunikasi agar tidak bawa perasaan alias baper. Selain pasangan, sebagai teman, tentu ada perasaan khawatir, apalagi jika teman memiliki hutang (ups!).

Sadar tidak sadar, kita juga sering menjadi ghoster dan Tuhan menjadi korbannya.

Berapa kali kita datang berdoa kepada Tuhan hanya ketika kita sedang ada masalah? Kita datang dan menangis memohon jalan keluar, tetapi ketika masalah telah diselesaikan, kita lupa untuk berdoa kepada Tuhan. Kita sering memakai alasan sibuk dan capek untuk menjadi pembenaran tidak berdoa dan membaca Alkitab. Hingga akhirnya bukan “sibuk” dan “capek” lagi, tetapi “lupa” menjadi alasan kita untuk tidak membangun komunikasi dengan Tuhan.

Atau bahkan kita tidak datang kepada Tuhan ketika kita ada masalah. Kita merasa bahwa mengikut Tuhan tidak ada artinya. Kita menjadi marah kepada Tuhan dan tidak lagi “Tuhan”-“Tuhan”-an dalam hidup kita

Sobat Percaya, masalah adalah bagian dalam hidup untuk mendewasakan setiap kita. Kitab 2 Korintus berkata bahwa dalam kelemahan kita, kuasa Tuhan menjadi sempurna. Tanpa masalah tidak akan ada mujizat, karena itu bersyukurlah kita memiliki masalah! Tuhan akan menyatakan kuasaNya dalam permasalahan setiap kita.

Dalam setiap keadaan kita, di dalam suka maupun duka, janganlah kita menjadi pelaku ghosting kepada Tuhan. Jangan kita menjauh dari Tuhan ketika hidup sedang damai dan nyaman, tetapi juga jangan menjauh dari Tuhan ketika kita sedang menghadapi badai. Tuhan berkata bahwa Ia menyertai kita selama-lamanya dalam setiap keadaan kita.

Sumber : percayasaja.com | Ren