“Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu.”

(Yeremia 31:3).

 

Tahukah Anda berapa lama kekekalan itu?

Itu selamanya. Kita tidak dapat membuat Allah berhenti mengasihi kita; Dia akan mengasihi kita selamanya. Kasih-Nya tidak didasarkan pada perbuatan kita. Kasih-Nya didasarkan pada siapa Dia. Satu-satunya alasan kita hidup ialah karena Allah menciptakan kita untuk mengasihi Dia. Itulah sebabnya Allah mengutus Putra-Nya: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Tuhan ingin kita mengenal kasih-Nya. Terlebih lagi, Dia ingin kita merasakan kasih-Nya.

Kasih Allah akan mengubah kita ketika kita merasakannya.

Kasih-Nya mengubah seseorang yang penuh kebencian, fanatik, atau rasisme menjadi seseorang yang baik hati, lembut, dan penyayang. Ketika kasih-Nya menyentuh hati kita, itu mengubahkan kita. Apabila hidup kita belum berubah, artinya kita belum mengenal Dia. Sebab jika ada pribadi sebesar Allah tinggal di dalam hidup kita, maka hidup kita pasti akan diubahkan. Ketika kasih Allah datang ke dalam hidup kita, maka itu mengubah cara kita merespons orang lain. Ketika kita benar-benar memahami dan mengalami kasih Allah, maka kita pasti tidak dapat menahan diri untuk juga meneruskannya kepada orang lain.

Yesus mendeskripsikan kasih-Nya seperti ini: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:34-35). Tetapi itu dimulai dengan kasih Allah untuk kita.

Di dalam Alkitab, pertobatan yang paling menakjubkan ialah tentang seorang pria bernama Saulus, seorang ekstremis agama yang membunuh orang-orang Kristen. Suatu hari, dalam perjalanannya menuju Damsyik, Dia bertemu dengan Yesus Kristus yang telah bangkit. Yesus berkata kepada Saulus, “Mengapa engkau menganiaya Aku?” Saulus berlutut dan berseru, “Tuhanku dan Allahku.” Pria yang pernah menjadi ekstremis religius itu berubah menjadi rasul yang penuh kasih. Saulus, yang kemudian menjadi Paulus, menulis sebagian besar Perjanjian Baru, termasuk beberapa ayat paling indah mengenai kasih, 1 Korintus 13.

Kasih Allah yang kekal dan cuma-cuma itu yang mengubah kehidupan kita. Apakah kasih-Nya juga telah mengubah hidup Anda?

Tuhan Yesus memberkati.

 

Source : percayasaja.com | JFS