Baru-baru ini beredar kabar meninggalnya sosok pemimpin besar Gereja Bethany Nginden, yaitu Pendeta Abraham Alex Tanusaputra. Kabar ini tidak dapat ditemukan di media-media manapun. Satu-satunya kabar yang memberitakan meninggalnya sosok besar ini adalah Dahlan iskan melalui sebuah tulisan dalam sebuah website yang diunggah pada hari Minggu, 9 Agustus 2020.

Pendeta Abraham Alex Tanusaputra tidak meninggal karena sakit, walapun usia telah mencapai 79 tahun. Minggu sebelumnya, ia masih memberikan khotbah di Jakarta. Ia masih diminta berkhotbah di mana-mana walaupun usia telah senja.

Di Surabaya, nama Pendeta Abraham Alex Tanusaputra tidak terdengar asing. Ia adalah tokoh utama berdirinya gereja besar Bethany di Jalan Manyar sebelum membangun gereja yang sangat besar di daerah Nginden yang katanya mampu menampung hingga 35.000 orang.

Bersama dua rekannya, Pendeta Niko Njotorahardjo dan Timothius Arifin, ia memperluas pelayanan Gereja Bethany. Ia mengutus Pendeta Niko Njotorahardjo di tahun 1988 untuk mendirikan gereja di ibukota. Setahun setelahnya, ia mengutus Pendeta Timothius Arifin untuk mendirikan gereja di daerah timur. Sedangkan Pendeta Alex tetap di Surabaya, memimpin gereja Bethany di Jalan Manyar sebagai pusatnya.

Hingga pada tahun 2002, gereja Bethany keluar dari Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI) dan mendirikan sinode baru atas nama Sinode Gereja Bethany dengan dirinya sebagai ketua sinode.

Inilah awal mula badai-badai dalam kehidupan Pendeta Alex. Bermula dari pertengkaran dengan Pendeta Leonard Limanto yang merupakan sekretarisnya, hingga pertengkaran dengan anaknya sendiri, Pendeta Aswin Tanusaputra. Gereja Bethany yang bertumbuh pesat dan megah itu menjadi sumber pertengkaran tiada akhir, meski tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi dengan pertengkaran tersebut.

Meskipun terlibat dalam pertengkaran tiada akhir, pelayanan Pendeta Alex Tanusaputra patut dikenang. Bunga dukacita banyak diberikan untuk Pendeta Alex.

Pendeta Alex berasal dari keluarga Kristen, namun ia tidak sepenuhnya mengenal Tuhan pada awalnya, ia hanya sekadar datang beribadah di gereja. Hingga akhirnya ia mendengar nubuatan bahwa ia akan menjadi pelayan Tuhan pada tahun 1954.

Kejadian pada tahun 1965 menjadi titik balik kehidupannya

Saat itu ia terancam akan dibunuh setelah menabrak seorang anak. Karena takut, ia pergi ke sebuah gereja dan berdoa semalaman. Ia bernazar jika anak itu sembuh, ia akan menjual semua hartanya dan menyerahkan dirinya melayani di gereja. Mujizat terjadi dan anak itu sembuh, lalu ia menepati nazarnya dan menjadi pendeta lalu mendirikan gereja di Mojokerto.

Pendeta Alex telah mendirikan 14 gereja sebelum memutuskan pindah bersama keluarganya ke Surabaya pada tahun 1977. Di Surabaya, ia merintis gereja yang saat ini dikenal sebagai gereja Bethany.

Melalui perjalanan Pendeta Alex, ia benar-benar melaksanakan Amanat Agung. Pendeta Niko Niko Njotorahardjo dan Pendeta Timothius Arifin adalah dua orang murid yang diutusnya untuk mendirikan gereja di daerah barat dan timur Indonesia. Keduanya berhasil mendirikan gereja dan meneruskan apa yang telah dilatih oleh Pendeta Alex.

 

Sumber : berbagai sumber | percayasaja.com