“Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.”
Pengkhotbah 11:4
Ketika kita belajar untuk berserah di dalam kasih Tuhan yang memerdekakan dan keluar dari penjara perfeksionisme, maka kita akan menemukan level baru dari rasa sukacita dan kemerdekaan dalam hidup kita. Mengapa? Sebab perfeksionisme merusak hidup kita dalam beberapa cara.
Itu mengalihkan inisiatif kita.
Apakah kita pernah memiliki sebuah mimpi yang belum juga mulai kita kerjakan? Kita berpikir, “Suatu hari nanti akan menyelesaikannya,” tetapi kita tidak bisa mengambil langkah pertama. Salah satu alasan yang mungkin masuk akal adalah perfeksionisme. Kita sedang menunggu keadaan atau waktu yang sempurna, atau kita sedang menunggu sampai anak-anak kita lulus sekolah, atau kita sedang menunggu sampai sejumlah uang terkumpul. Ketika kita menetapkan standar yang teramat tinggi, perfeksionisme kita mengakibatkan kelumpuhan dan pada akhirnya kita tidak bisa menyelesaikan apapun.
Itu merusak hubungan kita.
Tidak ada yang suka diomeli atau dikoreksi setiap saat. Itu hanya membuat kita frustasi dan kesal! Alkitab berkata, “Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib” (Amsal 17:9). Perfeksionisme dalam hal keinginan untuk selalu mengkoreksi, dapat merusak banyak hubungan sebab itu berakar dari rasa tidak aman. Perfeksionis yang kasar dan terlalu banyak menuntut orang lain sebenarnya juga begitu keras dan menuntut diri mereka sendiri.
Itu menghancurkan kebahagiaan kita.
Pengkhotbah 7:16 mengatakan “Janganlah terlalu saleh, janganlah perilakumu terlalu berhikmat; mengapa engkau akan membinasakan dirimu sendiri?” Jangan salah, ayat ini tidak berbicara tentang kebenaran Firman atau hikmat yang sejati. Ayat ini membicarakan tentang perfeksionisme. Kita dapat mengubah kebajikan apa pun menjadi kejahatan apabila kita mengaplikasikannya terlalu ekstrim.
Gerutu yang paling menyebalkan datangnya dari diri kita sendiri, karena kitalah pengkritik diri kita sendiri yang paling jahat (Itu fakta!). Kita biasanya gampang membenci dan bahkan tidak menyukai orang yang mengomeli atau mengkritik kita, nah, jika kita sendiri saja selalu mengomeli diri kita sendiri, sikap ini menunjukkan seperti apa diri kita? Itu menandakan kita tidak menyukai diri kita sendiri. Kita menganggap kita tidak cukup baik. Mungkin kita berpikir memberi teguran dan peringatan atas kesalahan diri kita sendiri akan memotivasi kita untuk berbuat yang benar. Itu salah! Itu dinamakan perfeksionisme yang negatif dan itu berakibat kita terus-menerus merendahkan diri kita sendiri.
Sobat Percaya, hanya ada satu pencegah perfeksionisme yang negatif. Tentunya itu tidak ada di buku-buku motivasi atau dengan mengunjungi psikolog. Kita hanya dapat belajar untuk berserah dan menerima kasih Allah yang memerdekakan itu.
Tuhan Yesus memberkati.