Pernahkah kamu merasa pasanganmu berubah setelah menikah? Saat pacaran seakan lebih perhatian, lebih cantik, lebih tampan, lebih romantis dan sebagainya, tetapi setelah menikah seakan-akan lebih cuek. Kemudian menuntut pasangan untuk berperilaku sama seperti saat pacaran. Tetapi kenyataannya, memang ketika menikah, semua akan berubah karena berbeda situasi, peran dan fungsi.

Ketika dalam berpacaran, tidak ada tanggung jawab dan rutinitas rumah tangga seperti pernikahan. Tidak ada kewajiban-kewajiban seperti membayar keperluan rumah tangga, mengurus anak, mengurus rumah, apalagi tuntutan pekerjaan dan kehidupan yang bisa mengakibatkan stres dan konflik. Ketika dulu pulang di rumah sendirian, tetapi setelah menikah, hampir tidak ada waktu untuk sendirian. Memperhatikan dan diperhatikan selama 24 jam setiap hari tanpa henti, jadi pastikan menikahlah ketika kamu siap untuk hidup tanpa kebebasan seperti saat belum menikah.

Ada tanggung jawab yang lebih di dalam pernikahan.

Ketika pacaran, cuma sibuk berdandan cantik untuk pergi kencang, tetapi setelah menikah harus memikirkan semua hal rumah tangga dan anak. Dulu cekcok hanya tentang makan di mana, setelah menikah cekcok karena mesin cuci rusak atau atap rumah bocor atau anak yang sakit. Belum lagi urusan dengan saudara ipar dan mertua.

Akibat situasi dan tanggung jawab yang berbeda itulah, wajar ketika pasangan berubah setelah menikah. Apalagi ketika pacaran, masih ada rasa berjuang dan penasaran, sementara ketika sudah menikah, sudah lebih santai dan menjadi diri sendiri, dan mungkin juga ada yang kemudian menjadi malas berusaha karena sudah lelah dengan rutinitas kehidupan. Di sinilah kita belajar untuk toleransi dan komunikasi. Karena jika terus menerus dipendam, bukan tidak mungkin hubungan jadi semakin jauh dan dingin, rumah menjadi tidak nyaman dan membuat keretakkan dalam rumah tangga.

Tidak lagi melakukan hal-hal yang dilakukan saat pacaran

Kapan terakhir pergi kencan berdua dengan pasangan, tanpa anak atau orang lain? Berdandan secantik dan seganteng mungkin, yang terbaik untuk pasangan. Kapan terakhir pergi menonton bioskop berdua dengan pasangan atau menikmati makan malam romantis di restoran? Kapan terakhir memberi kejutan atau hadiah untuk pasangan? Kapan terakhir deep talk dengan pasangan?

Seringkali pasangan yang sudah menikah tidak lagi melakukan hal-hal yang dulu dilakukan saat berpacaran. Akibatnya hubungan yang dulunya menyenangkan, menjadi hambar dan tidak menyenangkan lagi, lalu merasa bahwa pasangan sudah berubah, berbeda dan tidak lagi seperti dulu. Kalau mau terus hangat seperti saat pacaran, maka harus terus melakukan hal-hal dan bersikap seperti saat pacaran. Tentu usahanya harus lebih besar karena situasinya sudah berbeda, entah ada anak atau kesibukan lain. Hubungan sebagai suami dan istri yang menyenangkan, akan memberi dampak positif ke anak karena orang tuanya bahagia, maka anak akan bahagia juga.

Mungkin kita yang sebenarnya berubah

Kita mungkin selalu menuntut pasangan dan tidak mau mengerti keadaan pasangan. Kita yang dulunya dinilai pasangan sebagai seorang yang pengertian, tidak lagi dinilai demikian, tetapi dinilai sebagai seorang yang selalu menuntut. Yang dulu bicaranya lembut, manis, penuh cinta, tetapi yang sekarang keluar hanya omelan dan keluhan, bahkan mungkin celaan dan hinaan saja kepada pasangan. Bayangkan juga bagaimana perasaannya?

Kemudian kita mengeluh dia berubah cuek dan sibuk sendiri, tidak lagi memperhatikan, tidak lagi romantis dan sebagainya. Tetapi kalau kita berubah tidak lagi menjadi seorang yang menyenangkan, bagaimana perasaan pasangan yang juga sudah lelah dengan pekerjaan di kantor atau di rumah? Kalau kita sendiri bukan pribadi yang nyaman untuk diajak berkomunikasi, siapa lagi yang bisa diajak berkomunikasi? Daripada mendekat tetapi malah menyakitkan hati, lebih baik menjauh. Demikian seterusnya hingga akhirnya terjadi kerenggangan dalam hubungan.

Berumah tangga memang tidak mudah. Keindahan rumah tangga dalam film dan sinetron hanyalah sebagian kecil yang ditunjukkan karena sebenarnya hubungan pernikahan itu jauh lebih besar dan lebih luas. Perlu dua pribadi yang dewasa, karena itu menikahlah karena sudah siap dengan segala risikonya.

 

Sumber : percayasaja.com | Ren