Hari-hari ini, kita membaca banyak berita tentang KDRT, perselingkuhan, permainan kekuasaan, bahkan pembunuhan. Sangat miris mendapati seseorang yang awalnya memilih profesi tertentu untuk mengabdi kepada bangsa, ternyata mabuk kekuasaan dan melakukan sesuatu yang tidak hanya menghancurkan hidup orang lain, tetapi juga diri sendiri dan anak-anak yang dicintainya.
Persepsi yang salah tentang kepemimpinan
Banyak orang yang salah mengira bahwa menjadi pemimpin adalah menjadi penguasa dan juga mengira bahwa sukses adalah tentang kekayaan dan jabatan. Tidak heran, ketika mereka berada di puncak, mereka memanfaatkan semua itu untuk melakukan tindakan yang salah. Padahal, kepemimpinan adalah tentang berkorban untuk orang lain, memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk memajukan orang lain. Seorang pemimpin dituntut bekerja lebih keras dan lebih banyak. Saat orang lain istirahat, ia masih sibuk berpikir. Kepemimpinan berarti menanggung beban yang mungkin disalahpahami atau dimusuhi. Seorang pemimpin bertugas melayani anak buahnya, bukan kebalikannya.
Kekuasaan adalah alat, bukan tujuan
Sebuah survey menyatakan bahwa semakin seseorang berkuasa, semakin ia berpotensi untuk selingkuh. Alasannya karena mereka bisa! Mereka berkuasa, dipuja-puja, siapa yang tidak tertarik kepadanya? Mereka merasa berhak akan hal tersebut. Boleh melanggar peraturan dan orang lain tidak ada yang berani menegurnya. Karena itu, ketika kita menjadi pemimpin, buat sistem atau persahabatan, sehingga ada orang yang bisa menegur kita.
Miliki Integritas
Above Approach adalah istilah yang menggambarkan bahwa seorang pemimpin harus hidup dengan standar lebih tinggi daripada orang lain. Bukan soal gaya hidup, tetapi dalam hal integritas, sehingga tidak ada alasan untuk mencela dan menjatuhkan. Grup penyanyi Maverick City Music memutuskan hubungan kerja dengan salah satu penyanyinya karena apa yang ia bagikan dalam media sosialnya. Sementara, di Amerika, ada seorang pendeta yang terpaksa diturunkan karena menuliskan pesan terlalu mesra di media sosial. Seorang pemimpin bukan hanya ketika kita memiliki anak buah, tetapi ketika menjadi sorotan. Seseorang yang tidak bisa mengatasi harta, takhta dan pasangan (pria/wanita), tidak layak menjadi pemimpin.
Sumber : Esther Idayanti