“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.” (Efesus 4:2)

Persatuan dalam bidang apa pun dalam hidup kita, baik di kelompok kecil, gereja, atau keluarga, mewajibkan kita untuk menjadi realistis dalam ekspektasi kita. Banyak orang memberikan ekspektasi-ekspektasi yang tidak realistis kepada gereja. Mengharapkan gereja mana pun untuk selalu melakukan segalanya dengan benar dan melayani semua orang dengan sempurna hanyalah sebuah angan-angan.

Mazmur 119:96 mengatakan, “Aku melihat batas-batas kesempurnaan, tetapi perintah-Mu luas sekali.” Segala sesuatunya di dunia ini telah rusak, cuaca, ekonomi, tubuh kita, hubungan kita, pikiran kita. Tidak ada di dunia ini yang berjalan sempurna kecuali Firman Tuhan. Mengharapkan kesempurnaan di gereja sama saja menyiapkan diri kita untuk merasakan kekecewaan yang besar. Ketika orang membaca buku tentang gereja yang ideal, mereka menjadi sinis. Mengapa? Sebab mereka mengharapkan sesuatu yang tidak ada. Jika melihat persekutuan sejati seperti yang Tuhan kehendaki, itu membuat kita mudah berkecil hati karena kita sadar adanya jurang antara gereja yang ideal dengan realita yang ada.

Yesus begitu mencintai gereja-Nya, bahkan dengan segala kekurangan dan kegagalannya, Dia pun mau kita melakukan hal yang sama.

Jika kita ingin menjadi seperti Kristus, maka kita harus mencintai gereja, terlepas dari segala ketidaksempurnaannya. Merindukan gereja yang ideal sambil mengkritik kenyataannya ialah bukti ketidakdewasaan spiritual. Di sisi lain, puas dengan realita gereja tanpa berusaha agar gereja menjadi seturut dengan kehendak Tuhan adalah salah. Kedewasaan adalah hidup dengan sebuah keresahan dikarenakan kita tahu adanya jurang antara yang ideal dan kenyataannya.

Dalam hal mengasuh anak, kita tentu saja tidak menunggu anak-anak kita tumbuh dewasa sebelum kita mulai mencintai mereka, sebaliknya, kita mencintai mereka di setiap tahap kedewasaan mereka.

Sama halnya, kita perlu belajar mengasihi sesama di setiap tahap pertumbuhan mereka. Demikian pula dengan gereja, kita perlu belajar mengasihinya secara utuh, pada setiap pertumbuhannya. Sesama orang percaya bisa saja mengecewakan kita, tetapi jangan jadikan itu alasan untuk tidak mengasihi dan bersekutu dengan mereka. Kita akan hidup bersama mereka selama-lamanya, oleh karena itu, kita harus belajar mengasihi mereka sebagaimana Yesus mengasihi manusia.

Efesus 4:2, “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”

Gereja bisa menjadi sehat, tetapi tidak akan pernah menjadi sempurna. Sekelompok orang yang tidak sempurna tidak akan pernah bisa menciptakan komunitas yang sempurna.

Tuhan Yesus memberkati.