Seringkali ibu dianggap sebagai peran penting dalam mendidik dan mengasuh anak, padahal ayah juga punya peran yang krusial. Kedekatan antara ayah dan anak tidak hanya memberi dampak psikologis, tapi juga berkaitan dengan hubungan asmara sang anak.

Pernahkah kamu bertemu dengan seorang yang selalu memiliki kekasih dan tidak pernah terlihat sendiri? Kalaupun putus, tak lama kemudian, akan membawa perempuan atau laki-laki lain. Kalau ditelusuri, perilaku tersebut bisa jadi karena mencari sosok yang “tidak ada” atau “ada” tetapi tidak benar-benar hadir secara emosional, tidak ada kedekatan, sehingga haus akan kasih sayang dan berusaha mencari sosok pengganti.

Secara psikologis, anak yang memiliki kedekatan dengan ayah secara umum cenderung lebih merasa dicintai, lebih berharga, memiliki keterampilan sosial yang lebih baik, dan lebih mampu mengelola emosi dalam hubungan romantis ke depannya,” kata Muthmainah Mufidah, psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia, seperti yang dikutip oleh Antara.

Terdapat perbedaan psikologis antara anak yang dekat dengan ayah dan yang tidak. Meski tidak selalu, tetapi anak yang tidak dekat dengan sosok ayah akan memiliki masalah dengan hubungan percintaannya.

Hal yang mempengaruhi perbedaan ini adalah kedewasaan, lingkungan dan juga kedekatan dengan Tuhan atau orang lain yang bisa mengarahkannya.

“Hal yang saya temukan, biasanya adalah ada masalah dengan hubungan romantisnya. Baik dalam pemilihan pasangan ataupun cara berinteraksi. Masalah terkait kedisiplinan dan aturan juga umum terjadi. Ini keduanya ya, baik anak perempuan maupun anak laki-laki,” lanjut Mufidah.

Dalam memilih pasangan, kedekatan dengan sang ayah juga menjadi salah satu aspek yang berpengaruh. Pernyataan ini juga didukung oleh Psikolog Anak dan Keluarga Lembaga Psikolog Terapan Universitas Indonesia, Irma Gustiana Andriani.

“Salah satu aspek yang sangat berpengaruh sekali juga pada keterlibatan dan peran ayah di masa kecil. Jadi, itu akan mempengaruhi bagaimana anak itu melihat dan memetakan kalau figur laki-laki itu seperti apa,” jelasnya.

Anak perempuan yang dekat dengan ayah akan cenderung memilih pasangan hidup yang mirip dengan sang ayah, saat ia beranjak dewasa.

Itu juga membuatnya lebih optimis dengan pernikahan. Karena ia ingin suaminya atau keluarganya memiliki kehangatan yang sama seperti keluarganya, jadi ia ingin memilih pasangan hidup yang seperti sang ayah.

Sedangkan anak yang tidak dekat dengan sang ayah akan mengalami krisis identitas. Anak akan merasa kesepian, kecemburuan, dan harga diri rendah. Ia haus kasih sayang sehingga lemah ketika ada yang menunjukkan perhatian atau mencari pengakuan yang tidak didapat di dalam rumah dan cenderung melakukannya dengan cara yang salah dan tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.

Dalam dunia psikologi mengenal isitilah daddy issue, mommy issue, abandonment issue dan lainnya yang membentuk sikap dan perilaku seseorang, tetapi sebenarnya setiap rumah memiliki cerita. Dari pengalaman-pengalaman tersebut, kita bisa belajar apa yang benar yang bisa diikuti dan yang tidak, tentu saja kebenaran Firman Tuhan menjadi tolak ukur kebenaran tersebut, agar ketika nanti menjadi orang tua, kita tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Sebelum memutuskan menikah dan memiliki anak, pastikan diri untuk berdamai dengan masa lalu.

Hal ini bertujuan agar anak-anak tidak mengalami hal yang sama seperti yang dialami orang tuanya. Pola asuh yang tidak benar bisa kita putus rantainya sehingga anak dapat bertumbuh menjadi lebih baik.

 

Sumber : berbagai sumber