“Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.”
Wahyu 2:2-4

 

Jemaat di Efesus adalah jemaat yang sudah lama mengenal Tuhan, mereka bahkan melayani Tuhan. Mereka tidak suka terhadap dosa. Mereka membenci kejahatan. Mereka sabar menderita dan tidak mengenal lelah untuk pekerjaan Tuhan. Tetapi Tuhan menegur mereka, karena mereka sudah kehilangan kasih mereka yang semula. Kasih yang semula berbicara soal hati yang terus berkobar dalam melayani Tuhan, dalam melakukan pekerjaan dan panggilan dalam hidup. Ketika hati kita tidak lagi memiliki kasih yang semula, maka kita akan mudah sekali hambar dalam melakukan segala hal. Hati yang hambar adalah hati yang tidak lagi berkobar, tidak lagi bergairah dan ber-passion lagi buat Tuhan.

Begitu banyak kejatuhan anak Tuhan disebabkan karena hilangnya kasih yang mula-mula ini. Ketika semua pelayanan menjadi sebuah rutinitas saja, mereka akan dengan mudah menjadi bosan dan selanjutnya menjadi enggan dalam melayani Tuhan. Karena itulah, sebuah panggilan harus dikerjakan dengan kasih mula-mula yang bertumbuh. Kasih kita kepada Tuhan bukan hanya harus kembali kepada yang semula saja, tetapi juga harus mengalami pertumbuhan. Mengalami pertumbuhan artinya semakin hari semakin mencintai Tuhan, kadar cinta kita kepada Tuhan bertambah hari demi hari. Ketika pelayanan dan panggilan, kita kerjakan dengan kasih mula-mula yang bertumbuh, maka akan ada sukacita yang terus memenuhi kehidupan kita. Sama seperti seorang yang jatuh cinta, setiap hari akan mengingat dan merindukan orang yang dicintainya. Demikian juga cinta kita kepada Tuhan. Ketika kita jatuh cinta kepada Tuhan, kita akan dengan rela hati memberikan apapun yang Tuhan mau dan apapun yang Tuhan sukai dengan sukacita.

Ketika semua pelayanan menjadi sebuah rutinitas saja, mereka akan dengan mudah menjadi bosan dan selanjutnya menjadi enggan dalam melayani Tuhan. Karena itulah, sebuah panggilan harus dikerjakan dengan kasih mula-mula yang bertumbuh.

Kita harus memiliki cinta semula yang bertumbuh. Jika kita sudah memiliki cinta yang semula, tidak cukup sampai di sana saja. Cinta semula kita haruslah mengalami pertumbuhan. Artinya semakin kita hidup di dalam Tuhan, kita haruslah semakin mencintai Tuhan. Jika pada mulanya cinta kita kepada Tuhan seperti sebuah cinta yang “kekanak-kanakan”, maka cinta yang kita miliki haruslah bertumbuh menjadi cinta yang “dewasa”. Cinta yang “kekanak-kanakan” adalah cinta yang meluap-luap pada awalnya saja, lalu menjadi semakin pudar dan hambar. Cinta yang “dewasa” adalah cinta yang konsisten, yang mengerjakan segala sesuatu dari awal sampai akhir dengan gairah yang sama, dan dengan sukacita yang terus meluap.

Cinta tidak dapat dipaksakan. Kita tidak akan pernah memiliki cinta kepada Tuhan jika kita tidak pernah merasakan kasih itu sendiri. Untuk dapat mencintai dan mengasihi Tuhan, kita perlu berdamai dengan Kristus, sehingga hati kita dapat mengasihinya dan semua kerinduanNya. Bagaimana agar kita dapat menerima kasih Tuhan? Butuh keterbukaan dari hati kita untuk menerima kasih Tuhan itu sendiri. Ada respon untuk menerima cinta Tuhan kepada kita. Untuk memiliki cinta kepada Tuhan, kita juga harus membangun hubungan denganNya. Mustahil bisa mencintai, jika tidak pernah ada hubungan. Sama seperti pasangan kekasih, mereka perlu menjalin hubungan untuk dapat saling mengenal dan akhirnya mencintai satu dengan yang lainnya.

Hubungan akan memunculkan iman dalam diri kita. Ketika kita membangun hubungan dengan orang, semakin kita dekat dengannya, kita akan memiliki kepercayaan kepadanya. Demikian juga dengan hubungan kita dengan Tuhan. Seberapa dekat hubunganmu dengan Tuhan? Jika kita dekat dengan Tuhan, tentunya kita punya iman percaya kepadanya dalam segala hal. Orang yang seringkali kuatir dengan banyak hal, seolah tidak percaya pada Tuhan, perlu dipertanyakan kedekatannya dengan Tuhan.

Segala pelayanan yang kita kerjakan, semua program yang kita rancangkan dalam hal rohani sekalipun, jika kita tidak lagi memiliki cinta yang semula kepada Tuhan, semua akan menjadi sia-sia. Tuhan tidak melihat seberapa banyak pelayanan kita, seberapa hebat kita mengerjakan semua yang rohani, tetapi Tuhan menghargai setiap pelayanan kita dengan melihat hati kita: Apakah hati kita mengerjakan dengan sukacita dan gairah yang kudus untuk Tuhan. Untuk memilikinya, kita harus punya cinta yang terus menerus dalam mengerjakan setiap hal yang Tuhan percayakan.

Firman Tuhan katakan, “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja dalam kita” (Efesus 3:20). Tuhan kita sanggup melakukan segala perkara jauh dari yang dapat kita bayangkan dan pikirkan saat kita tinggal di dalam kasihNya. Mari kita tinggal dalam kasih Tuhan dan melakukan segala perkara dengan luar biasa! (EN)