Rumah seharusnya adalah tempat di mana anak mendapatkan rasa aman dan nyaman. Namun tak jarang juga, rumah justru menjadi tempat yang menakutkan bagi anak, sehingga anak enggan berada di rumah karena merasa tidak bahagia dan tidak nyaman di rumah sendiri. Tentu saja, rumah yang tidak aman bagi anak akan berdampak besar bagi kondisi psikologis anak itu sendiri.

Orang tua adalah pemimpin di dalam rumah, sehingga menanamkan rumah yang aman hanya bisa dilakukan oleh orang tua. Bagaimana menanamkan rumah yang aman bagi anak?

Orang tua yang rukun dan hangat

Memiliki orang tua yang rukun dan hangat, akan membuat anak merasa aman. Ada baiknya pertengkaran orang tua tidak diketahui anak, karena itu akan berdampak pada psikologis anak. Perubahan drastis dari kedua orang tua yang biasanya hangat akan membuat anak bingung dan merasa tidak aman, bahkan bisa terluka karenanya.

Kehadiran orang tua dalam setiap fase kehidupan mereka

Kehadiran yang dimaksud bukan hanya kehadiran sosoknya saja, tetapi ada hubungan dan interaksi sehari-hari bersama. Hubungan harus dibangun dan tidak bisa instan langsung terjadi. Usahakan berinteraksi dengan anak, tanyakan bagaimana kabarnya, apa yang ia lakukan hari ini, atau tanyakan apa keinginannya. Interaksi yang tidak didapatkan di dalam rumah, akan ia cari di luar rumah yang belum tentu hal itu baik. Orang tua memiliki peran bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi anak, tetapi juga emosional anak.

Diterima apa adanya

Anak perlu merasa diterima apa adanya. Tanpa adanya perasaan diterima apa adanya, akan membuatnya merasa tidak dikasihi dan tidak aman di dalam rumah. Hindari menegur dan memarahi mereka dalam segala hal yang mereka lakukan. Berlari salah, melompat salah, berjalan salah. Mereka tidak akan merasa nyaman di rumah. Sadari bahwa kemampuan setiap anak berbeda-beda dan mereka cukup menjadi diri mereka sendiri, namun bukan berarti mereka dimanja. Ada waktunya teguran dan disiplin, namun pastikan mereka tetap merasa dikasihi. Jangan bandingkan mereka, meski itu dengan saudara kandung, saudara sepupu, apalagi dengan tetangga. Hal itu akan mempengaruhi rasa percaya diri di luar rumah.

Sikap orang tua sehari-hari

Anak-anak itu seperti spons yang menyerap apapun yang ada di sekitarnya. Mereka akan menyerap segala tingkah laku yang dilakukan orang tua setiap hari, bahkan hal-hal yang tidak kita sadari. Jika kita ingin anak menjadi seorang yang sabar dan pemurah, maka lakukan hal yang sama. Jangan menuntut anak untuk melakukan sesuatu yang tidak kita lakukan.

Anak juga bisa melihat reaksi kita terhadap sesuatu hal, seperti rasa cemas, rasa pahit, rasa tidak suka. Dan tanpa kita sadari, mereka menyerap hal-hal tersebut dan mereka juga turut menjadi cemas, pahit, tidak suka dan lain sebagainya. Bagaimana reaksi kita saat sesuatu terjadi? Bagaimana perasaan kita terhadap orang-orang di sekitar? Cara kita bereaksi menunjukkan perasaan kita dan itulah yang akan diserap oleh anak.

Anak-anak mengenal dunia pertama melalui orang tua, melalui keadaan rumah, dari apa yang kita katakan dan lakukan. Jika sehari-hari kita tidak pernah meminta maaf jika melakukan kesalahan, bahkan kepada anak sekalipun, maka jangan berharap anak-anak akan meminta maaf di kemudian hari. Jika kita terlalu khawatir dan pesimis dengan banyak hal, maka anak juga akan berlaku demikian. Karena mereka belajar cara menghadapi dunia melalui orang tua.

Kita tidak bisa mengajarkan anak untuk menyerap yang ini saja, yang itu jangan. Mereka melihat apa yang orang tuanya lakukan setiap hari. Karena itu, hati-hati dengan apa yang kita lakukan, karena itulah yang akan dilakukan oleh anak.

 

Sumber : percayasaja.com